Senin, 27 Agustus 2012

Carilah Ridho Allah, Bukan Ridho Manusia

Di tengah-tengah pelajaran kitab Syarah Aqidah Ath Thahawiyyah karya Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi, guru kami Abu Abdirrahman Fahd Al Adeni berkisah :
Dahulu, beberapa orang thalibul ‘ilm murid Syaikh Muqbil diutus untuk berdakwah ke sebuah desa yang mayoritas penduduknya berpemahaman Syi’ah Zaidiyyah. Salah seorang dari mereka kemudian memberikan khutbah Jum’at di masjid desa tersebut. Selesai shalat Jum’at, orang-orang pun riuh membicarakan khutbah yang dibawakan oleh si thalib. Sampai datang seorang tua kepada si thalib lalu mencelanya,
“Kamu berkhutbah tidak membaca shalawat dan salam atas ahli bait, keluarga nabi!”
Lalu dengan tenang si penuntut ilmu menjawab, “Bahkan aku telah mengulang-ulangnya. Apakah engkau tidak memperhatikannya?”
Bapak tua itu terdiam bingung. Mungkin dia bimbang, kapan si khatib membaca shalawat kepada ahlul bait nabi. Jangan-jangan pas khutbah tadi dia yang ngantuk.
Sebenarnya yang diinginkan oleh bapak tua yang Zaidi tadi adalah

Senin, 25 Juni 2012

ADAB – ADAB DI DALAM MAJELIS ILMU


Berikut ini adalah beberapa adab di majelis ilmu yang kiranya penting untuk diperhatikan dan diamalkan oleh seorang penuntut ilmu. Adab-adab ini sengaja kami tulis dengan ringkas agar mudah diingat dan dipraktekkan. Di antara adab tersebut adalah:

BERSABAR DI MAJELIS ILMU



وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا


"Dan sabarkan dirimu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini." (Al Kahf: 28)

Pikirkan juga pahala yang mengalir selama antum menghadiri majaalis 'ilm. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

Majelis Ilmu Ummu Salamah Al Wadi’iyyah (Istri Asy Syaikh Muqbil Al Wadi’i)


Ummu Mujahid Khadijah, salah seorang akhawat yang pernah belajar di majelis Ummu Salamah (seorang ‘alimah Yamaniyyah yang merupakan istri dari mendiang Asy Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah) pada tahun 1424 H pernah menuturkan :
Waktu itu kami hadir di majelisnya Ummu Salamah. Ruangan tempat kami belajar di masjid tidaklah terlalu besar, namun penuh dengan akhawat yang ingin mengambil ilmu dari Ummu Salamah. Ya, kami datang ke sana bukanlah karena beliau (Ummu Salamah), tapi karena beliau adalah seorang yang berilmu, dan berkenan untuk membagi ilmunya dengan akhawat yang lain.

Jama’ah Tabligh Mengajarkan Syirik dan Bid’ah


Di bawah ini adalah sebuah kisah dari sekian banyak kisah yang mengandung ajaran syirik dan bid’ah yang disebarkan oleh Jama’ah Tabligh, terdapat dalam sebuah kitab yang sering dibawa oleh jama’ah ini dari satu masjid ke masjid lainnya, yaitu kitab Fadhail Al-A’mal, disebutkan pada halaman 484:

Rabu, 20 Juni 2012

Seruan Penting Menuntut ilmu di Setiap Massa dan Usia


Kami sampaikan kepada para bapak dan ibu, terlebih khusus yang telah ketinggalan dari menuntut ilmu semasa muda untuk  memperhatikan pembenaran ibadah mereka. Agar meraka mendapatkan dengan izin allah Subhanahuwata’ala penutupan hidup yang baik (Husnul Khatimah) dan agar mereka beribadah pada allah Subhanahuwata’ala dengan ilmu.

Sebagai contoh : kita sering mendapati seorang yang tidak benar bacaan surat Al Fatihah, padahal membaca surat itu adalah salah satu rukun dari shalat. Maka solusinya bagi dia ialah mengambil pelajaran agama yang sangat dibutuhkan melalui anak-anaknya. Apakah anak laki-lakinya atau anak perempuannya yang sedang aktif menuntut ilmu agama dari para penuntut ilmu yang lain.

Minggu, 17 Juni 2012

Matahari Terbit Di Kampung Laut ” Sepenggal Kisah Perjalanan Dakwah” (Bagian 2)

       
          Kegembiraan para da`i Ponpes An Nur Al Atsary semakin bertambah, ketika dua orang stasi (tangan kanan) pendeta sekte Bethel dan Advent datang ke Ponpes An Nur Al Atsary untuk masuk Islam. Dua orang ini mengutarakan bahwa keduanya telah dijadikan para pendeta untuk “ menjaring domba-domba tuhan “ (pen : ini adalah ungkapan para pendeta ketika melakukan program kristenisasi). Selama menjalankan misi tersebut keduanya telah berhasil mengkristenkan sekitar 160 orang dan telah membangun sekitar lima gereja di wilayah kampung laut.

Matahari Terbit Di Kampung Laut ” Sepenggal Kisah Perjalanan Dakwah” (Bagian 1)

        
     Hari berganti hari, bulan berganti bulan, waktu berjalan demikian cepat. Tidak terasa satu tahun lebih telah berlalu menjalani dakwah tauhid di kampung Laut. Ketegangan, kesulitan, senyuman, dan tangisan semuanya teralami ketika mengibarkan panji dakwah tauhid di daerah ini. Semula tatapan pesimis muncul dari sebagian kaum muslimin yang mendengar bahwa Ahlus sunnah mulai melangkahkan kaki untuk berdakwah di daerah ini. Mereka merasa tidak percaya diri kalau masyarakat Kampung laut yang terkenal dengan kehidupan keras , amoral, bodoh, dan miskin mau menerima dakwah tauhid. Karena dahulu pernah ada beberapa ormas yang berupaya mencurahkan dakwah Islam dengan menjalankan berbagai program sosial dan pembangunan masjid namun hasilnya jauh dari yang mereka harapkan. Sehingga ungkapan keputusasaan muncul dari mereka.
 

Jumat, 15 Juni 2012

Siapkan Bekalmu demi Masa Depanmu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Nasihat Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah
 
 
 
 
 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
 
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.[Ali Imran: 185]
Siapkan pundi-pundi bekalmu
Untuk masa yang pasti menantimu
Bila kematian datang menjemputmu
Sampailah sudah batas hayatmu
 
Tibalah saatnya kau bertaubat
Dari segala perilaku jahat
Hendaklah waspada wahai umat
Sebelum ajalmu dijemput malaikat
 
Di hari kiamat kau akan menyesal
Karena kau pergi tanpa bekal
Di tempat yang selalu dirundung sial
Peristiwa yang menanti di balik ajal 
 
Tidakkah Anda merasa kecewa
Sahabatmu yang senyum ceria
Karena bekal yang cukup tersedia
Sedang dirimu haus dahaga

[Dari buku: Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat (terjemahan dari Taujihat Islamiyah li Islahil Fardi wal Mujtama’), hal. 60-61]

sumber : http://nasihatonline.wordpress.com/2011/06/12/siapkan-bekalmu-demi-masa-depanmu/

Jangan Membantu Setan, Jagalah Persatuan

Penulis Al Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ




Nabi yang penyayang shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَلَكِنْ فِى التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah (kaum muslimin) yang sholat di Jazirah Arab, akan tetapi dia belum putus asa untuk memecah belah di antara mereka.” [HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma]

Umamah Bintu Abil ‘Ash radhiyallahu 'anha


Penulis: Al-Ustadzah Ummu 'Abdirrahman Bintu 'Imran



 Bagaimana takkan bahagia merasakan kasih sayang seorang yang begitu mulia, menjadi panutan seluruh manusia. Kisah buaian sang kakek dalam shalat menyisakan faedah besar bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

Zainab, putri sulung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, disunting pemuda Quraisy, Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’ bin ‘Abdil ‘Uzza bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyi namanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahi mereka dua orang anak, Umamah dan ‘Ali.

Sepanjang masa kecilnya, Umamah bin Abil ‘Ash benar-benar merasakan kasih sayang sang kakek, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hingga suatu kali, para shahabat tengah duduk di depan pintu rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata beliau muncul dari pintu rumahnya sembari menggendong Umamah kecil. Beliau shalat sementara Umamah tetap dalam gendongannya. Jika beliau ruku’, beliau letakkan Umamah. Bila beliau bangkit, beliau angkat kembali Umamah. Begitu seterusnya hingga beliau menyelesaikan shalatnya.

Singa-singa Padang Pasir di Perang Nahawand

Penulis: Buletin Islam AL ILMU Edisi: 3/I/IX/1432 H 

Mereka adalah sosok pejuang pencari kemuliaan. Harapan yang lahir dari kejernihan iman, menjadikan mereka sebagai ksatria-ksatria tangguh dalam kancah jihad fi sabilillah. Terik panas gurun pasir, lembah gersang lagi tandus, pegunungan yang terjal, serta ancaman maut menghadang tidaklah menyurutkan langkah tegap mereka. Tentunya amalan yang selaras dengan ajaran agama, bukan tindakan teror khawarij yang membabi buta. Keinginan mereka tak lebih dari dua hal, hidup mulia dengan tegaknya Islam dimuka bumi atau gugur meraih syahid. Kemuliaan, keberanian, serta ketangguhan yang mereka miliki menjadikan mereka layak menyandang gelar “Singa-Singa Padang Pasir”.

‘Amrah bintu ‘Abdirrahman

Penulis: Al-Ustadzah Ummu 'Abdirrahman Bintu 'Imran



Seorang tabi’iyah di bawah asuhan shahabiyah ‘alimah faqihah. Jadilah dia –dengan inayah Allah Subhanahu wa Ta’ala– seorang wanita yang bak lautan ilmu.

‘Aisyah bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anha, siapa yang tak pernah mendengar namanya? Siapa yang tak mengenal keutamaannya? Seorang wanita yang banyak mendapatkan pujian karena ilmu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepadanya.
Sebutlah Qubaishah bin Dzu’aib, dia mengatakan, “Aku dan Abu Bakr bin ‘Abdirrahman duduk (untuk mengambil riwayat, pen.) di hadapan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Adapun ‘Urwah bin Az-Zubair mengalahkan kami dengan seringnya masuk menemui ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sementara ‘Aisyah adalah seseorang yang paling berilmu. Para tokoh dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya.”
Masruq juga mengatakan, “Aku melihat para sesepuh dari kalangan sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya tentang faraidh (ilmu hukum waris).” Biasanya bila meriwayatkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Masruq mengatakan, “Telah menyampaikan kepadaku Ash-Shiddiqah bintu Ash-Shiddiq, kecintaan seseorang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mendapatkan pembebasan atas berita dusta dari atas tujuh langit.”

Sikap dan Adab Ahlus Sunnah kepada Para Sahabat

Para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- merupakan generasi terbaik yang dipilih oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- untuk menemani Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dalam memperjuangkan, dan menyebarkan Islam. Jasa mereka kepada Islam dan kaum muslimin amat besar.


Namun sangat disayangkan, pada hari ini mencul generasi yang jelek berusaha merendahkan sahabat, menghina, bahkan menganggap mereka munafiq dan kafir, na’udzu billah. Usaha merendahkan dan mencela sahabat, ini dengan berbagai macam. Ada yang menghina sahabat dengan alasan “Study Kritis Sejarah Islam”, “Pembelaan Terhadap Ahlul Bait”, dan berbagai macam slogan yang berakhir pada satu muara, yaitu mencela sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- .

Ini tentunya menyalahi adab dan aqidah ahlus sunnah yang memerintahkan kita memuliakan sahabat, memujinya, mendoakan kebaikan baginya, dan menahan lisan dan hati untuk benci kepada mereka. Mencela sahabat, apalagi sampai menganggapnya munafik, telah berbuat makar, dan mengkafirkannya adalah merupakan perkara yang berbahaya bagi aqidah seorang muslim. Seorang muslim harus membersihkan lisan dan hatinya dari kata-kata yang tidak layak, sifat benci dan dendam kepada para sahabat -radhiyallahu anhum ajma’in-, apakah ia dari kalangan orang-orang terdahulu masuk Islam ataukah belakangan. Yang jelas ia adalah sahabat Nabi-shollallahu alaihi wasallam-, maka kita harus beradab dan sopan kepada mereka dalam berkata dan bersikap.

Cinta para sahabat Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, baik itu ahlul bait maupun bukan merupakan tanda keimanan seseorang, dan membenci mereka adalah tanda nifaq. Al-Imam Al-Bukhary -rahimahullah- berkata

Mengenal Jalan Hidup Golongan yang Selamat (Manhaj Al-Firqah An-Najiyah)






Mengenal Jalan Hidup Golongan yang Selamat (Manhaj Al-Firqah An-Najiyah)
Penulis: Buletin Islam AL ILMU Edisi: 6/II/IX/1432

Para pembaca semoga rahmat Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa tercurahkan kepada kita semua. Judul di atas sangat terkait dengan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang akan terjadi perselisihan yang banyak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam sabdanya:


“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku (ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, red) dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih).


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi

Kamis, 14 Juni 2012

Menikah Sebagai Solusi Problematika Remaja






Sesungguhnya solusi paling utama bagi problematika remaja ini adalah menikah, jika memang hal ini memungkinkan dan jalannya pun mudah, seperti tersedianya mahar.

 Hal ini sebagai pengamalan sabda Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‘ يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ, فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ 
 “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, maka hendaklah dia menikah karena nikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Sedang barangsiapa yang belum mampu maka hendaknya dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi tameng baginya.” [HR Bukhari Muslim] ‘ 



Penampilan Nyunnah adalah Syiar Islam, Bukan Ciri Teroris!

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan syari’at Islam dengan sempurna dan meliputi segala hal, berlaku untuk semua zaman, semua tempat, dan dalam semua kondisi. Baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq sopan santun, cara berpenampilan dan berpakaian, cara bermuamalah antar sesama, dan banyak lagi. Semuanya telah lengkap dan sempurna.
Syari’at Islam ada yang bersifat batin/tidak tampak, ada pula yang bersifat zhahir/tampak. Semuanya merupakan bagian dari syari’at Islam yang harus diamalakan oleh setiap individu muslim. Syi’ar-syi’ar Islam harus dihormati dan dijunjung tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (Al-Hajj : 32)
Di antara aturan syari’at Islam yang penuh rahmat ini adalah cara berpenampilan. Islam telah memberikan ketentuan bagi kaum mukminin dan mukminah dalam cara berpenampilan dan berpakaian.
Terkait dengan mukminin Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(Batas panjang) pakaian (sarung, gamis, celana) seorang muslim adalah sampai

Peringatan: Cadar, Celana Ngatung dan Janggut bukan Ciri-ciri Teroris

Ketahuilah wahai kaum Muslimin, menggunakan cadar bagi wanita muslimah, mengangkat celana jangan sampai menutupi mata kaki dan membiarkan janggut tumbuh bagi seorang laki-laki Muslim adalah kewajiban agama dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan terorisme, sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti bukti-buktinya insya Allah dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta penjelasan para Ulama ummat.
Benar bahwa sebagian Teroris juga mengamalkan kewajiban-kewajiban di atas, namun apakah setiap yang mengamalkannya dituduh Teroris?! Kalau begitu bersiaplah menjadi bangsa yang teramat dangkal pemahamannya… Maka inilah keterangan ringkas yang insya Allah dapat meluruskan kesalah pahaman.
Pertama: Dasar kewajiban menggunakan cadar bagi Muslimah
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Perhatikanlah, ayat ini memerintahkan para wanita untuk menutup seluruh tubuh mereka tanpa kecuali. Berkata As-Suyuthi rahimahullah,

Tuntunan Berpakaian Dan Berhijab

Penulis: Syaikh Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan
 A. Sifat Pakaian yang Disyariatkan bagi Wanita Muslimah

1. Diwajibkan pakaian wanita muslimah itu menutupi seluruh badannya dari (pandangan) laki-laki yang bukan mahramnya. Dan janganlah terbuka untuk mahram-mahramnya kecuali yang telah terbiasa terbuka seperti wajah, kedua telapak tangan dan kedua kakinya.

2. Agar pakaian itu menutupi apa yang ada di sebaliknya (yakni tubuhnya), janganlah terlalu tipis (transparan), sehingga dapat terlihat bentuk tubuhnya.

3.Tidaklah pakaian itu sempit yang mempertontonkan bentuk anggota badannya, sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim dari Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam bahwasanya beliau bersabda:
"Dua kelompok dari penduduk neraka yang aku belum melihatnya, (kelompok pertama) yaitu

YA UKHTI…, JAUHILAH TABARRUJ…!

Apa itu Tabarruj…?
Tabarruj yakni bila “seorang wanita menampakkan perhiasannya dan kecantikannya serta terlihat bagian-bagian yang seharusnya wajib ditutupi, dimana bagian-bagian itu akan memancing syahwat pria.” [ Fathul Bayan 7 / 274 ]


Allah Azza wajalla tentang permasalahan ini berfirman dalam Surah Al-Ahzab:

(٣٣) ~ وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا ¯
artinya:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kalian bertabarruj seperti bertabarruj-nya wanita jahiliyyah dahulu, dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ta`atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul-bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [QS Al-Ahzab : 33 ]
------------------------------------------------------------------------

Imam Adz~Dzahabi berkata dalam “Al~Kaba`ir” yakni “Di antara perbuatan yang menyebabkan para wanita mendapat laknat adalah menampakkan perhiasan emas dan permata yang ada di balik pakaiannya, memakai misk, anbar (nama sejenis minyak wangi) dan parfum jika keluar dari rumah, memakai pakaian-pakaian yang dicelup, sarung-sarung sutera dan penutup kepala yang pendek, bersamaan dengan itu dia memajangkan pakaian, meluaskan dan memanjangkan ujung lengan pakaian. Semua itu termasuk tabarruj yang Allah murkai. Allah murka kepada pelakunya di dunia dan akhirat. Karena perbuatan-perbuatan ini yang banyak dilakukan wanita, Rasulullah Shalallohu`alaihi wasallam bersabda:
“....... Aku memandang ke neraka, maka